BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Cendawan Mikoriza Arbuskular
Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA)
merupakan asosiasi antara cendawan tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk
jalinan interaksi yang komplek. CMA merupakan kelompok jamur tanah obligat yang
tidak dapat tumbuh dan berkembang jika tidak bersimbiosis dengan tanaman
inangnya. Jika terpisah dengan tanaman inangnya CMA akan membentuk stuktur
tahan yaitu berbentuk spora tahan (klamidospora).Mikoriza berasal dari kata Miko (Mykes = cendawan) dan
Riza yang berarti Akar tanaman. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini
tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas baik
dalam hal tanaman inang, jenis cendawan maupun penyebarannya. Mikoriza
merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur. Asosiasi antara
akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah
dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang
biak. Mikoriza adalah kelompok fungi (jamur) yang bersimbiosis dengan tumbuhan
tingkat tinggi (tumbuhan berpembuluh,Tracheophyta) khususnya pada system
perakaran. Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya.
Sebaliknya, beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya pada
mikoriza. Beberapa jenis tumbuhan tidak tumbuh atau terhambat pertumbuhannya
tanpa kehadiran mikoriza di akarnya.
Macam-macam Mikoriza
Mikoriza di bagi
menjadi dua yaitu:
Endomikoriza
Endomikoriza adalah jamur yang
hifanya dapat menembus akar sampai bagian korteks. Misalnya yang terjadi pada
tanaman anggrek, sayuran (kol), dan pada berbagai jenis tumbuhan tinkat tinggi.
Endomikoriza penting untuk beberapa jenis tanaman polongan karena dapat
merangsang pertumbuhan bintil akar. Bintil akar dapat bersimbiotis dengan Rhizobium
sehingga mempercepat fiksasi nitrogen.
Ektomikoriza
Ektomikoriza adalah jamur yang
hifanya hanya sampai pada bagian epidermis akar pertumbuhan atau tidak sampai
menembus ke dalam korteks akar. Dengan adanya ektomikoriza, akar tumbuhan tidak
begitu memerlukan buylu akar. Tumbuhan tumbuhan tersebut dapat memperoleh air
dan unsure-unsur hara dari tanah dalam jumlah yang lebih banyak.
2.2 Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mikoriza
·
Suhu
Penetrasi dan
perkecambahan hifa diakar peka pula terhadap suhu tanah. Pada umumnya infeksi
oleh cendawan MVA meningkat dengan naiknya suhu ,peran mikoriza hanya menurun
pada suhu diatas 40°C.
·
Kadar Air Tanah
Untuk tanaman yang
tumbuh didaerah kering, adanya MVA menguntungkan karena dapat meningkatkan
kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi yang kurang air
(Vesser et el,1984dalam Pujianto, 2001).
·
pH Tanah
Perubahan pH tanah melalui
pengapuran biasanya berdampak merugikan bagi perkembangan MVA asli yang hidup
pada tanah tersebut sehingga pembentukan mikoriza menurun (Santosa, 1989).
· Bahan
Organik
Jumlah spora MVA
tampaknya berhubungan erat dengan kandungan bahan organik didalam tanah. Jumlah
maksimum spora ditemukan pada tanah- tanah yang mengandung bahan organik 1-2
persen sedangkan pada tanah-tanah berbahan organic kurang dari 0,5 persen
kandungan spora sangat rendah (Pujianto, 2001).
·
Cahaya dan Ketersediaan Cahaya
Peran mikoriza yang
erat dengan peyediaan P bagi tanaman menunjukkan keterikatan khusus antara
mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim sedang konsentrasi P tanah
yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi MVA yang mungkin disebabkan konsentrasi
P internal yang tinggi dalam jaringan inang (Santosa, 1989).
·
Logam Berat dan Unsur Lain
Aluminium diketahui
menghambat muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca). Jumlah
Ca didalam larutan tanah rupa-rupanya mempengaruhi perkembangan MVA. Hal ini
mungkin karena peran Ca2+ dalam memelihara integritas membran sel.
·
Fungisida
Fungisida merupakan
racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan penyebab penyakit pada
tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab penyakit fungisida juga
dapat membunuh mikoriza, dimana pemakainan fungisida ini menurunkan pertumbuhan
dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P.
2.3 Manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi
mikoriza
1. Meningkatkan
penyerapan unsur hara
Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik
dari pada yang tidak bermikoriza, dapat meningkatkan penyerapan unsur hara
makro dan beberapa unsure hara mikro. Selain itu akar tanaman yang bermikoriza
dapat menyerap unsure hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia untuk
tanaman (Serrano, 1985 dalam Suhardi, 1992 dalam Rahayu dan Akbar, 2003).
Hubungan antara MVA dengan organisme tanah tidak bias diabaikan, karena secara
bersama-sama keduanya membantu pertumbuhan tanaman.
2. Tahan
terhadap serangan pathogen
Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi
bagi terjadinya infeksi patogen akar. Mekanisme perlindungan ini bisa
diterangkan sebagai berikut:
3. Sebagai
konservasi tanah
Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan
dalam konservasi tanah, hifa tersebut sebagai kontributor untuk menstabilkan
pembentukan struktur agregat tanah dengan cara mengikat agregat-agregat tanah
dan bahan organik tanah.
4. Mikoriza
dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh
Fungi mikoriza dapat memberikan hormon
seperti auxin, sitokinin, giberellin, juga zat pengatur tumbuh seperti vitamin
kepada inangnya.
5. Sebagai
sumber pembuatan pupuk biologis.
6. Fungi
ini dapat diisolasi, dimurnikan dan diperbanyak dalam biakan monnesenil.
7. Isolat-isolat
tersebut dapat dikemas dalam bentuk inokulum dan sebagai sumber material
pembuat pupuk biologis yang dapat beradaptasi pada kondisi daerah setempat
(Setiadi, 1994).
8. Sinergis
dengan mikroorganisme lain
Keberadaan mikoriza juga bersifat sinergis denagn
mikroba potensial lainnya seperti bakteri penambat N dan bakteri pelarut
fosfat.
9. Mempertahankan
keanekaragaman tumbuhan
Fungi mikoriza berperan dalam mempertahankan
stabilitas keanekaragaman tumbuhan dengan cara transfer nutrisi dari satu akar
tumbuhan ke akar tumbuhan lainnya yang berdekatan melalui struktur yang disebut
Bridge Hypae.
2.4 Pengaruh
mikoriza pada penyerapan unsur hara tanaman
Tanaman yang bermikoriza tumbuh
lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza
secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro
maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur
hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997).
Petani
organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi kebutuhan hara
tanaman, petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi
tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos matang kandungan
haranya kurang lebih 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain 100 kg
kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya,
untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha, dan
37.5 kg KCl/ha, membutuhkan sebanyak 22 ton kompos/ha. Jumlah kompos yang
demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja dan berimplikasi pada naiknya
biaya produksi.
Mikroba
tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut
fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P
cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman
karena terikat pada mineral liat tanah. Di
sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari
mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu
melarutkan P, antara lain Aspergillus, Penicillium, Pseudomonas, dan Bacillus
Megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan
tinggi dalam melarutkan K.
Mikoriza
berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain
itu, tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan.
Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus dan Gigaspora.
DAFTAR
PUSTAKA
Pujiyanto. 2001. Pemanfatan Jasad Mikro, Jamu Mikoriza dan Bakteri Dalam Sistem
Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif Falsafah
Sains. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Rahayu, Novi., dan Ade Kusuma Akbar.
2003. Pemanfaatan Mikoriza dan Bahan
Organik Dalam Rangka Reklamasi Lahan Pasca Penambangan. Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pontianak
Santosa, Dwi Andreas. 1989. Teknik dan Metode Penelitian Mikorisa
Vesikular-Arbuskular. Laboraturium Biologi Tanah Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar